Bahasa Jawa
Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam sebuah
survei yang diadakanmajalah Tempo pada awal dasawarsa 1990-an, kurang lebih hanya 42% orang Jawa yang
menggunakan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa mereka sehari-hari, sekitar 28% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia
secara campur, dan selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja.
Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa
kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang
dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki
pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya
sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat.
Budaya Jawa
Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari
Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa khususnya di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat dibagi
menjadi 3 yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY dan budaya Jawa
Timur. Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam
kehidupan sehari hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan.
Budaya Jawa selain terdapat di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur terdapat juga di
daerah perantauan orang Jawa yaitu di Jakarta, Sumatera dan Suriname. Bahkan budaya Jawa termasuk salah satu budaya di
Indonesia yang paling banyak diminati di luar negeri. Beberapa budaya Jawa yang
diminati di luar negeri adalah Wayang Kulit, Keris, Batik dan Gamelan. Di Malaysia dan Filipina dikenal istilah keris karena pengaruh Majapahit. LSM Kampung Halaman dari Yogyakarta yang
menggunakan wayang remaja adalah LSM Asia pertama yang menerima penghargaan
seni dari AS tahun 2011. Gamelan Jawa menjadi pelajaran wajib di Amerika
Serikat, Singapura dan Selandia Baru. Gamelan Jawa rutin digelar di
AS-Eropa atas permintaan warga AS-Eropa. Sastra Jawa Negarakretagama menjadi satu satunya karya sastra
Indonesia yang diakui UNESCO sebagai Memori Dunia. Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N.
Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan,
corak bangunan, candi, patung dan seni. Budaya Jawa termasuk unik karena
membagi tingkat bahasa Jawamenjadi beberapa tingkat yaitu
Ngoko, Madya Krama.
Kepercayaan
Orang Jawa sebagian besar menganut agama Islam (sekitar
95%). Selain itu ada juga yang menganut agama Kristen (Protestan(sekitar 2%) dan Katolik (sekitar 2%)). Orang Jawa Kristen kebanyakan
tersebar di Salatiga, Surakarta, Magelang dan Yogyakarta dimana penganut
Kristen mencapai 15% hingga 25% dan penganut Islam sekitar 75% hingga 85%. Di
kota-kota besar seperti Semarang, Surabaya dan Malang penduduk beragama Islam
sekitar 85% hingga 90% dan Kristen sekitar 10% hingga 15% yang kebanyakannya
orang Tionghoa. Di kawasan
lainnya di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta penduduk beragama Islam
sekitar 95% hingga 99% dan penduduk non muslim sekitar 1% hingga 5%.
Sekitar 1% Orang Jawa lainnya juga menganut Buddha, Hindu, Khonghucu dan filsafat suku Jawa yang disebut sebagai
filsafat Kejawen. Filsafat ini berbeda dengan Taoisme dan Konfusianisme yang tidak memeluk agama tertentu, kejawen
merupakan filsafat yang memperbolehkan bahkan menganjurkan untuk memeluk agama.
Masyarakat Muslim Jawa umumnya dikategorikan
ke dalam dua golongan, yaitu kaum Santri dan Abangan. Kaum santri mengamalkan ajaran agama sesuai dengan
syariat Islam, sedangkan kaum abangan nominal menganut islam namun dalam
praktiknya masih banyak terpengaruh animisme dengan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat. Kaum
abangan terkenal akan sifatsinkretisme kepercayaannya. Semua
budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa dikarenakan
memiliki filsafat kejawen yang dianggap sebagai
pengontrol dan melindungi jati dirinya sebagai Orang Jawa.
Profesi
Mayoritas masyarakat Jawa berprofesi sebagai
petani. Sedangkan di perkotaan mereka berprofesi sebagai pegawai negeri sipil,
karyawan, pedagang, usahawan, dan lain-lain. Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta jumlah
orang Jawa mencapai 40% pada tahun 2015 dari penduduk Jakarta. Orang Jawa
perantauan di Jakarta bekerja di berbagai bidang. Hal ini terlihat dari jumlah
mudik lebaran yang terbesar dari Jakarta adalah menuju Jawa Tengah. Secara rinci prediksi jumlah pemudik tahun 2014
ke Jawa Tengah mencapai 7.893.681 orang. Dari jumlah itu didasarkan beberapa
kategori, yakni 2.023.451 orang pemudik sepeda motor, 2.136.138 orang naik
mobil, 3.426.702 orang naik bus, 192.219 orang naik kereta api, 26.836 orang
naik kapal laut, dan 88.335 orang naik pesawat.[7] Bahkan menurut data Kementerian Perhubungan Indonesia menunjukkan
tujuan pemudik dari Jakarta adalah 61% Jateng dan 39% Jatim. Ditinjau dari
profesinya, 28% pemudik adalah karyawan swasta, 27% wiraswasta, 17%
PNS/TNI/POLRI, 10% pelajar/mahasiswa, 9% ibu rumah tangga dan 9% profesi
lainnya. Diperinci menurut pendapatan pemudik, 44% berpendapatan Rp. 3-5 Juta,
42% berpendapatan Rp. 1-3 Juta, 10% berpendapatan Rp. 5-10 Juta, 3%
berpendapatan dibawah Rp. 1 Juta dan 1% berpendapatan di atas Rp. 10 Juta.
Stratifikasi sosial
Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian
golongan-golongan sosialnya. Pakar antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi masyarakat Jawa
menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan, dan priyayi. Menurutnya kaum santri adalah penganut agama Islam yang
taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau penganut Kejawen,
sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan. Tetapi dewasa ini pendapat Geertz
banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial dengan golongan
kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam menggolongkan
orang-orang luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti orang keturunan Arab, Tionghoa, dan India.
Seni
Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya
yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon sebagian
besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India, pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula. Seni batik dan keris merupakan
dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan, yang juga dijumpai di Bali memegang peranan penting dalam kehidupan budaya dan
tradisi Jawa.
Aurora Nathania Yulyo7H/03
Tidak ada komentar:
Posting Komentar