Sabtu, 27 Februari 2016

Agama Katolik

    Awalnya, jemaat Kristen berada di bawah kepemimpinan besar lima daerah, yaitu YerusalemAntiokiaAleksandriaKonstantinopel, dan Roma. Uskup Roma dikenal oleh 5 daerah sebagai "yang pertama", permasalahan dengan doktrin dan prosedur banyak mengambil Roma sebagai masukan pendapat. Kursi Roma merupakan kursi dari suksesorSanto Petrus yang mendapat julukan "Pangeran Para Rasul" sebagai tanda persatuan Gereja
Perpecahan-perpecahan besar dalam struktur Gereja sebagai lembaga tercatat sebagai berikut:
·         Perpecahan pertama pada gereja terjadi pada saat Konsili Efesus (431), yang menyatakan status Perawan Maria sebagai Theotokos (Bunda Allah). Kebanyakan yang menolak hasil keputusan ini adalah Kristen Persia, gereja yang sekarang dikenal sebagai Gereja Timur Asiria.
·         Perpecahan berikut terjadi setelah Konsili Khalsedon (451). Konsili ini menolak Monofisit. Umat Kristen yang menolak ini dikenal sebagai Komuni Oriental Ortodoks.
·         Perpecahan besar pertama dalam Gereja Katolik terjadi pada abad 11. Masalah perbedaan doktrin tentang rumusan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel (lihat filioque). Gereja Katolik pun terbagi menjadi dua, yaitu "Barat" dan "Timur". InggrisPerancisRoma dan negara-negara Skandinavia termasuk Gereja "Barat" (Gereja Katolik Roma). Sedangkan YunaniRusiaSuriahMesir termasuk dalam Gereja "Timur" (Gereja Ortodoks Timur). Perpecahan ini dikenal sebagai Skisma Timur-Barat.
·         Perpecahan terbesar dalam Gereja Katolik Roma terjadi pada abad ke-16 dengan adanya Reformasi Protestan yang melahirkan gereja-gereja Protestan.
·         Perpecahan terakhir terjadi ketika Raja Henry VIII dari Inggris memisahkan seluruh gereja-gereja di kerajaannya dari persekutuan dengan Paus karena permintaannya untuk menikah kedua kalinya sementara istri pertamanya masih hidup ditolak. Kelompok gereja inilah yang dikenal sebagai Gereja Anglikan Inggris.
Seluruh grup di atas kecuali Protestan masih menyebut persekutuan mereka sebagai Katolik. Dewasa ini, semakin banyak Gereja-Gereja Timur yang kembali ke dalam persekutuan penuh dengan Roma, namun dengan tetap mempertahankan tata cara beribadah mereka. Kelompok ini dikenal dengan sebutan Gereja Katolik Ritus Timur atau Gereja Katolik Timur.
    Secara umum, sebutan Gereja Katolik merujuk pada Gereja Katolik Roma. Kata Roma diatributkan pada Gereja ini karena Gereja Katolik mengimani Paus yang berkedudukan di kota Roma, Italia sebagai kepala gereja yang kelihatan, wakil Yesus Kristus di bumi, yang merupakan kepala utama gereja yang tak kelihatan. Paus adalah penerus Petrus turun temurun yang tidak terputuskan. Menurut tradisi gereja, Petrus menjadi uskup Roma dan menjadi martir di sana. Gereja Katolik dengan penambahan kata Roma sendiri sebenarnya tidak pernah menjadi nama resmi yang digunakan oleh Gereja Katolik.
    Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus menginstitusikan tujuh sakramen, tidak lebih dan tidak kurang, baik menurut Kitab Suci maupun Tradisi Suci dan sejarah Gereja. Adapun sakramen yang diakui oleh Gereja Katolik Roma sebagai berikut:
·         Baptis
·         Pengakuan dosa
·         Ekaristi
·         Penguatan/Krisma
·         Imamat
·         Pernikahan
·         Pengurapan orang sakit
Dalam ajaran Katolik, sakramen adalah berkat penyelamatan khusus yang oleh Yesus Kristus diwariskan kepada gereja. Santo Agustinus menyebut sakramen sebagai "tanda kelihatan dari rahmat Allah yang tidak kelihatan".

    Penyebaran agama Katolik sudah dimulai sejak kedatangan Portugis di Indonesia yang dilakukan oleh beberapa misionaris pada abad ke-16 dan abad ke-17 di bagian timur seperti di Maluku dan Flores, NTT. Agama katolik baru memasuki tanah Jawa pada masa pemerintahan Herman Willem Daendels di Batavia awal abad-19 dengan didirikan gereja pertama di sana pada tahun 1807 dan disertai dengan diakuinya oleh Vatikan. Pada tahun 2010, 6.907.873 orang (2.9%) dari total penduduk Indonesia sebanyak 237.641.326 orang, beragama Katolik.

Kamis, 25 Februari 2016

Suku Dayak



https://sp.yimg.com/xj/th?id=OIP.M92f60481f0ed204e233cc266b8a60392o0&pid=15.1&P=0&w=300&h=300


  Sejarah Awalnya Adanya Suku Dayak Di Indonesia
Suku Dayak adalah suku yang sangat fenomenal di Indonesia, karena terkenal akan kekuatan magisnya, kata Dayak berasal dari kata “Daya” yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan umumnya dan Kalimantan Barat.

Asal Mula Adanya Suku Dayak
Pada tahun (1977-1978) saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid dari asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan “Muller-Schwaner”. Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orang-orang Melayu dari Sumatra dan Semenanjung Malaka datang, mereka makin lama makin mundur ke dalam.

Belum lagi kedatangan orang-orang Bugis, Makasar, dan Jawa pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Suku Dayak hidup terpencar-pencar di seluruh wilayah Kalimantan dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan. Suku ini terdiri atas beberapa suku yang masing-masing memiliki sifat dan perilaku berbeda.

Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut ”Nansarunai Usak Jawa”, yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389 (Fridolin Ukur,1971). Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasala dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1608).

Sebagian besar suku Dayak memeluk Islam dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau orang Banjar. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman di Kalimantan Tengah, bermukim di daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Lawas dan Watang Balangan. Sebagain lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Kotawaringin, salah seorang Sultan Kesultanan Banjar yang terkenal adalah Lambung Mangkurat sebenarnya adalah seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum)

Tidak hanya dari nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming tahun 1368-1643. Dari manuskrip berhuruf kanji disebutkan bahwa kota yang pertama di kunjungi adalah Banjarmasin. Tetapi masih belum jelas apakah bangsa Tionghoa datang pada era Bajarmasin (dibawah hegemoni Majapahit) atau di era Islam.

Kedatangan bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh langsung karena langsung karena mereka hanya berdagang, terutama dengan kerajaan Banjar di Banjarmasin. Mereka tidak langsung berniaga dengan orang Dayak. Peninggalan bangsa Tionghoa masih disimpan oleh sebagian suku Dayak seperti piring malawen, belanga (guci) dan peralatan keramik.

Sejak awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan. Pada abad XV Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan perang besar ke selatan (termasuk Nusantara) di bawah pimpinan Chang Ho, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan, Malaka, Manila dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orang-orang Tionghoa (dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang Tionghoa tersebut membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera, barang pecah belah seperti piring, cangkir, mangkok dan guci (Sarwoto kertodipoero,1963)

Dibawah ini ada beberapa adat istiadat bagi suku dayak yang masih terpelihara hingga kini, dan dunia supranatural Suku Dayak pada zaman dahulu maupun zaman sekarang yang masih kuat sampai sekarang. Adat istiadat ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, karena pada awal mulanya Suku Dayak berasal dari pedalaman Kalimantan.

* Upacara Tiwah

Hasil gambar untuk upacara tiwah

Upacara Tiwah merupakan acara adat suku Dayak. Tiwah merupakan upacara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat yang semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia.

Upacara Tiwah bagi Suku Dayak sangatlah sakral, pada acara Tiwah ini sebelum tulang-tulang orang yang sudah mati tersebut di antar dan diletakkan ke tempatnya (sandung), banyak sekali acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di letakkan di tempatnya (Sandung).

* Dunia Supranatural



Hasil gambar untuk dunia supranatural suku dayak

Dunia Supranatural bagi Suku Dayak memang sudah sejak jaman dulu merupakan ciri khas kebudayaan Dayak. Karena supranatural ini pula orang luar negeri sana menyebut Dayak sebagai pemakan manusia ( kanibal ). Namun pada kenyataannya Suku Dayak adalah suku yang sangat cinta damai asal mereka tidak di ganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan supranatural Dayak Kalimantan banyak jenisnya, contohnya Manajah Antang. Manajah Antang merupakan cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan media burung Antang, dimanapun musuh yang di cari pasti akan ditemukan.

Mangkok merah. Mangkok merah merupakan media persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. “Panglima” atau sering suku Dayak sebut Pangkalima biasanya mengeluarkan isyarat siaga atau perang berupa mangkok merah yang di edarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali. Dari penampilan sehari-hari banyak orang tidak tahu siapa panglima Dayak itu. Orangnya biasa-biasa saja, hanya saja ia mempunyai kekuatan supranatural yang luar biasa. Percaya atau tidak panglima itu mempunyai ilmu bisa terbang kebal dari apa saja seperti peluru, senjata tajam dan sebagainya.

Mangkok merah tidak sembarangan diedarkan. Sebelum diedarkan sang panglima harus membuat acara adat untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai perang. Dalam acara adat itu roh para leluhur akan merasuki dalam tubuh pangkalima lalu jika pangkalima tersebut ber “Tariu” ( memanggil roh leluhur untuk untuk meminta bantuan dan menyatakan perang ) maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai kekuatan seperti panglimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit atau gila bila mendengar tariu.

Orang-orang yang sudah dirasuki roh para leluhur akan menjadi manusia dan bukan. Sehingga biasanya darah, hati korban yang dibunuh akan dimakan. Jika tidak dalam suasana perang tidak pernah orang Dayak makan manusia. Kepala dipenggal, dikuliti dan di simpan untuk keperluan upacara adat. Meminum darah dan memakan hati itu, maka kekuatan magis akan bertambah. Makin banyak musuh dibunuh maka orang tersebut makin sakti.

Mangkok merah terbuat dari teras bambu (ada yang mengatakan terbuat dari tanah liat) yang didesain dalam bentuk bundar segera dibuat. Untuk menyertai mangkok ini disediakan juga perlengkapan lainnya seperti ubi jerangau merah (acorus calamus) yang melambangkan keberanian (ada yang mengatakan bisa diganti dengan beras kuning), bulu ayam merah untuk terbang, lampu obor dari bambu untuk suluh (ada yang mengatakan bisa diganti dengan sebatang korek api), daun rumbia (metroxylon sagus) untuk tempat berteduh dan tali simpul dari kulit kepuak sebagai lambang persatuan. Perlengkapan tadi dikemas dalam mangkok dari bambu itu dan dibungkus dengan kain merah.

Menurut cerita turun-temurun mangkok merah pertama beredar ketika perang melawan Jepang dulu. Lalu terjadi lagi ketika pengusiran orang Tionghoa dari daerah-daerah Dayak pada tahun 1967. pengusiran Dayak terhadap orang Tionghoa bukannya perang antar etnis tetapi lebih banyak muatan politisnya. Sebab saat itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia.

Menurut kepercayaan Dayak, terutama yang dipedalaman Kalimantan yang disampaikan dari mulut ke mulut, dari nenek kepada bapak, dari bapak kepada anak, hingga saat ini yang tidak tertulis mengakibatkan menjadi lebih atau kurang dari yang sebenar-benarnya, bahwa asal-usul nenek moyang suku Dayak itu diturunkan dari langit yang ke tujuh ke dunia ini dengan “Palangka Bulau” ( Palangka artinya suci, bersih, merupakan ancak, sebagai tandu yang suci, gandar yang suci dari emas diturunkan dari langit, sering juga disebutkan “Ancak atau Kalangkang” ).


Tradisi kebiasaan suku dayak

dayak nini

Seni tato dan telinga panjang menjadi ciri khas atau identitas yang sangat menonjol sebagai penduduk asli Kalimantan. Dengan ciri khas dan identitas itulah yang membuat suku Dayak di kenal luas hingga dunia internasional dan menjadi salah satu kebanggan budaya yang ada di Indonesa. Namun tradisi ini sekarang justru semakin ditinggalkan dan nyaris punah. Trend dunia fashion telah mengikis budaya tersebut . Kalaupun ada yang bertahan, hanya sebagian kecil golongan generasi tua suku Dayak yang berumur di atas 60 tahun. Generasi suku Dayak diatas tahun 80-an bahkan generasi sekarang mengaku malu.

Di Kalimantan Timur untuk bisa menemui wanita suku Dayak yang masih mempertahankan budaya telinga panjang sangat sulit. Karena kini hanya bisa ditemui dipedalaman Kalimantan Timur dengan menempuh jalur melewati sungai yang memakan waktu berhari-hari. Karena gaya hidup suku Dayak memang lebih akrab dengan hutan maupun gua.


Untuk melestarikan budaya, tradsi maupun adat suku Dayak Pemerintah Kota Samarinda membangun perkampungan budaya suku Dayak yang diberi nama Kampung Budaya Pampang. Di desa ini ada sekitar 1000 warga suku Dayak yang masih mempertahankan budaya, tradisi maupun adat.



                                                                                                                        Sherene Chelovna 7h/32


Suku Minangkabau


Suku Minangkabau
          Suku Minangkabau adalah suku yang berasal dari Sumatera Barat dengan populasi ± 6.462.713 (menurut sensus 2010). Suku ini kemudian menyebar ke Jabodetabek, Jawa Barat, Riau, Jambi, Kepulauan Riau, Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, dan Negeri Sembilan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Minang, bahasa Indonesia, dan bahasa Melayu. Sedangkan agama yang dianut adalah agama Islam.
            Minangkabau berasal dari kata ‘minang’ yang berarti menang dan ‘kabau’ yang berarti kerbau. Nama tersebut berasal dari sebuah legenda. Konon ada sebuah kerajaan asing yang datang dari laut dan melakukan penaklukan. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau. Pasukan asing menyetujuinya dan menyediakan seekor kerbau besar yang ganas, sedangkan para masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang sedang lapar. Dalam pertempuran tersebut, si anak kerbau mengira bahwa si kerbau besar adalah induknya. Maka si anak kerbau berlari mencari susu dan menanduk kerbau besar itu sampai perut si kerbau besar tercabik-cabik. Kemenangan ini membuat penduduk setempat menamainya Minangkabau. Masyarakat Minang  sendiri berasal dari masyarakat Deutro Melayu yang melakukan migrasi dari China Selatan.
            Suku Minangkabau menggunakan sistem Matrilineal. Di mana adat dan budaya mereka menempatkan pihak perempuan sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan. Garis keturunan dirujuk ke arah ibu sedangkan ayah adalah “tamu” dalam keluarga. Kaum perempuan memiliki kedudukan istimewa dalam menentukan pelaksanaan keputusan-keputusan. Pengaruh besar itu menyebabkan wanita sebagai “pilar utama rumah”.

            Suku Minangkabau memiliki berbagai kesenian, seperti tari-tarian dan seni bela diri. Salah satu tarian dari suku Minangkabau adalah Tari Piring. Tari Piring merupakan tarian dengan gerak cepat dari penarinya sambil memegangi piring di kedua telapak tangannya, yang diiringi lagu yang dimainkan oleh talempong dan saluang. Seni bela diri tradisional khas Minangkabau adalah Silek atau Silat Minangkabau. Sekarang, Silek tidak hanya diajarkan di suku Minangkabau melainkan sudah menyebar ke seluruh Kepulauan Melayu bahkan sampai ke Eropa dan Amerika.
            Olahraga tradisional yang sudah lama ada di Minang adalah pacuan kuda. Pacuan merupakan olahraga berkuda yang sampai sekarang masih sering diselenggarakan oleh masyarakat Minang. Olahraga ini juga menjadi perlombaan tahunan yang dilaksanakan di kawasan yang memiliki lapangan pacuan kuda.
            Rumah adat suku Minangkabau ialah Rumah Gadang. Rumah ini biasanya dibangun di atas sebidang tanah yang sudah dimiliki oleh keluarga induk secara turun temurun. Rumah ini hanya dihuni oleh kaum perempuan berserta suaminya dan anak-anaknya. Umumnya Rumah Gadang terbuat dari bahan dasar kayu dan di halaman depan terdapat Rangkiang sebanyak dua sampai enam buah untuk menyimpan padi.
            Makanan khas suku Minangkabau yang terkenal adalah Rendang, yang mendapat pengakuan sebagai masakan terlezat. Rendang biasanya terbuat dari daging sapi dan bercita rasa pedas yagn menggunakan campuran dari berbagai macam rempah. Rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, Rendang memiliki filosofi tersendiri, yaitu musyawarah dan mufakat, yang berangkat dari empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat Minang yaitu dagiang, karambia, lado, dan pemasak. Dagiang adalah daging sapi yang melambangkan para pemimpin suku adat. Karambia adalah kelapa yang melambangkan kaujm intelektual. Lado adalah cabai yang melambangkan “Alim Ulama” yang pedas, tegas untuk mengajarkan syariat agama. Sedangkan pemasak adalah bumbu yang melambangkan keseluruhan masyarakat Minangkabau.
 
Ayam Den Lapeh - lagu tradisional suku Minangkabau

Luruihlah jalan payakumbuah
Babelok jalan kayu jati
Dima ati indak karusuah
Ayam den lapeh ai ai
Ayam den lapeh

Mendaki jalan padangsikek
Basimpang jalan ka biaro
Di ma ati indak kamaupek
Awak takicuah ai ai
Ayam den lapeh

Sikucapang sikucapeh
Saikua tabang saikua lapeh
Tabanglah juo nan karimbo
Oilah malang juo

Pagaruyuang batusangka
Tampek bajalan urang baso
Duduak tamanuang tiok sabanta
Oi takana juo ai ai
Ayam den lapeh



Renate Sade 7H/31