Katolik
Kata Katolik
berasal dari kata sifat bahasa Yunani, καθολικός (katholikos), artinya
"universal".Dalam konteks eklesiologi Kristen, kata Katolik
memiliki sejarah yang kaya sekaligus beberapa makna. Bagi sebagian pihak,
istilah "Gereja Katolik" bermakna Gereja yang berada dalam
persekutuan penuh dengan Uskup Roma, terdiri atas Ritus Latin dan 22 Gereja
Katolik Timur; makna inilah yang umum dipahami di banyak negara. Bagi umat
Protestan, "Gereja Katolik" atau yang sering diterjemahkan menjadi "Gereja
Am" bermakna segenap orang yang percaya kepada Yesus Kristus di seluruh
dunia dan sepanjang masa, tanpa memandang "denominasi". Umat Gereja
Ortodoks Timur, Gereja Anglikan, Gereja Lutheran dan beberapa Gereja Metodis
percaya bahwa Gereja-Gereja mereka adalah katolik, dalam arti merupakan
kesinambungan dari Gereja universal mula-mula yang didirikan oleh para rasul.
Baik Gereja Katolik Roma maupun Gereja Ortodoks percaya bahwa Gerejanya
masing-masing adalah satu-satunya Gereja yang asli dan universal. Dalam "Kekristenan
Katolik" (Termasuk Komuni Anglikan), para uskup dipandang sebagai pejabat
tertinggi dalam agama Kristen, sebagai gembala-gembala keesaan dalam
persekutuan dengan segenap Gereja dan dalam persekutuan satu sama lain.Katolik dianggap sebagai salah satu dari Empat Ciri Gereja. Ketiga ciri lainnya
adalah Satu, Kudus, dan Apostolik,sesuai Kredo Nicea tahun 381: "Aku
percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik."
Riwayat
penggunaan kata "katolik" dalam Gereja
Ignatius
dari Antiokhia
Sepucuk
surat yang ditulis oleh Ignatius kepada umat Kristiani di Smyrna sekitar
tahun 106 adalah bukti tertua yang masih ada mengenai penggunaan istilah Gereja
Katolik (Surat kepada jemaat di Smyrna, 8). Gereja Katolik digunakan Ignatius
untuk menyebut Gereja universal dalam persekutuan dengan Uskup Roma (Sri Paus).
Kaum bidaah tertentu pada masa itu, yang menyangkal bahwa Yesus adalah insan
jasmaniah yang benar-benar menderita sengsara dan wafat, dan justru berkata
bahwa "dia hanya tampak seolah-olah menderita sengsara" (Surat kepada
jemaat di Smyrna, 2), bukanlah umat Kristiani sejati dalam pandangan
Ignatius.Istilah Gereja Katolik juga digunakan dalam Kemartiran Polikarpus
pada 155, dan dalam Canon Muratorianus, sekitar 177.
St. Kyril
dari Yerusalem
St. Kyril
dari Yerusalem (sekitar 315-386) mengimbau orang-orang yang sedang menerima
bimbingan iman Kristiani darinya demikian: "Jika kalian berada di dalam
kota-kota, jangan hanya bertanya di manakah Rumah Tuhan (karena sekte-sekte
profan lainnya juga berusaha menyebut tempat-tempat mereka sendiri Rumah-Rumah
Tuhan), jangan juga hanya bertanya di manakah Gereja, tetapi bertanyalah di
manakah Gereja Katolik. Karena inilah nama khusus dari Gereja yang Kudus ini,
bunda kita semua, yang adalah mempelai dari Tuhan kita Yesus Kristus, Putera
Tunggal Allah" (Materi-materi Katekisasi, XVIII, 26).
Theodosius I
Istilah
Kristen Katolik termuat dalam undang-undang kekaisaran Romawi tatkala
Theodosius I, Kaisar Romawi dari 379 sampai 395, mengkhususkan nama tersebut
bagi para penganut "agama yang diajarkan kepada orang-orang Romawi oleh
Rasul Petrus yang suci, karena agama itu telah terpelihara berkat tradisi yang
kuat dan yang kini dianut oleh Pontif (Paus) Damasus dan oleh Petrus, Uskup
Aleksandria ...sedangkan bagi orang-orang lain, karena menurut penilaian kami
mereka adalah orang-orang gila yang bodoh, kami nyatakan bahwa mereka harus
ditandai dengan sebutan nista sebagai kaum bidaah, dan tidak boleh menyebut
tempat-tempat pertemuan mereka sebagai gereja-gereja." Undang-undang 27
Februari 380 ini termaktub dalam kitab 16 dari Codex Theodosianus.Undang-undang ini mengukuhkan Kristianitas Katolik sebagai agama resmi
Kekaisaran Romawi.
Augustinus
dari Hippo
Penggunaan
istilah Katolik untuk membedakan Gereja "sejati" dari
kelompok-kelompok bidaah juga dilakukan oleh Augustinus yang menulis demikian:
"Dalam
Gereja Katolik, ada banyak hal lain yang layak membuat saya tetap berada dalam
rahimnya. Kesepahaman orang-orang dan bangsa-bangsa membuat saya bertahan dalam
Gereja; begitu pula otoritasnya, dikukuhkan oleh mukjizat-mukjizat, disuburkan
oleh pengharapan, diperbesar oleh kasih, dan diperkokoh oleh usia. Suksesi para
imam membuat saya bertahan, mulai dari tahta Rasul Petrus sendiri, yang
kepadanya Tuhan, sesudah kebangkitanNya, memberi tugas untuk menggembalakan
domba-dombaNya (Jn 21:15-19), turun sampai para uskup yang ada sekarang.
"Dan
begitulah, akhirnya, dengan nama Katolik, yang, bukan tanpa alasan, di
tengah-tengah begitu banyak bidaah, telah dipertahankan Gereja; sehingga,
sekalipun semua kaum bidaah ingin disebut umat Katolik, namun bilamana ada
orang asing yang bertanya di manakah Gereja katolik berhimpun, tidak satupun
bidaah yang sanggup menunjuk kapel atau rumahnya sendiri.
"Sebanyak
itulah jumlah dan makna ikatan-ikatan mulia yang dimiliki nama Kristiani itu
yang menahan seorang beriman agar tetap dalam Gereja Katolik, sebagaimana yang
seharusnya ... Dengan kamu, di mana tak ada satu pun hal-hal ini untuk memikat
atau menahan saya... Tak seorangpun dapat melepaskan saya dari iman yang
mengikat pikiran saya dengan ikatan-ikatan yang begitu banyak dan begitu kuat
pada agama Kristiani... Di pihak saya, saya tidak percaya akan injil kecuali
digerakkan oleh otoritas Gereja Katolik."
— St.
Augustinus (354–430): Melawan Epistola kaum Manikeus yang disebut Fundamental,
bab 4: Bukti-bukti iman Katolik.
Sejarah
singkat gereja Katolik Roma
Awalnya,
jemaat Kristen berada di bawah kepemimpinan besar lima daerah, yaitu Yerusalem,
Antiokia, Aleksandria, Konstantinopel, dan Roma. Uskup Roma dikenal oleh 5
daerah sebagai "yang pertama", permasalahan dengan doktrin dan
prosedur banyak mengambil Roma sebagai masukan pendapat. Kursi Roma merupakan
kursi dari suksesor Santo Petrus yang mendapat julukan "Pangeran Para Rasul"
sebagai tanda persatuan Gereja.
Perpecahan-perpecahan
besar dalam struktur Gereja sebagai lembaga tercatat sebagai berikut:
Perpecahan
pertama pada gereja terjadi pada saat Konsili Efesus (431), yang menyatakan
status Perawan Maria sebagai Theotokos (Bunda Allah). Kebanyakan yang menolak
hasil keputusan ini adalah Kristen Persia, gereja yang sekarang dikenal sebagai
Gereja Timur Asiria.
Perpecahan
berikut terjadi setelah Konsili Khalsedon (451). Konsili ini menolak Monofisit.
Umat Kristen yang menolak ini dikenal sebagai Komuni Oriental Ortodoks.
Perpecahan
besar pertama dalam Gereja Katolik terjadi pada abad 11. Masalah perbedaan
doktrin tentang rumusan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel (lihat filioque).
Gereja Katolik pun terbagi menjadi dua, yaitu "Barat" dan
"Timur". Inggris, Perancis, Roma dan negara-negara Skandinavia
termasuk Gereja "Barat" (Gereja Katolik Roma). Sedangkan Yunani,
Rusia, Suriah, Mesir termasuk dalam Gereja "Timur" (Gereja Ortodoks
Timur). Perpecahan ini dikenal sebagai Skisma Timur-Barat.
Perpecahan
terbesar dalam Gereja Katolik Roma terjadi pada abad ke-16 dengan adanya
Reformasi Protestan yang melahirkan gereja-gereja Protestan.
Perpecahan
terakhir terjadi ketika Raja Henry VIII dari Inggris memisahkan seluruh
gereja-gereja di kerajaannya dari persekutuan dengan Paus karena permintaannya
untuk menikah kedua kalinya sementara istri pertamanya masih hidup ditolak.
Kelompok gereja inilah yang dikenal sebagai Gereja Anglikan Inggris.
Seluruh grup
di atas kecuali Protestan masih menyebut persekutuan mereka sebagai Katolik.
Dewasa ini, semakin banyak Gereja-Gereja Timur yang kembali ke dalam
persekutuan penuh dengan Roma, namun dengan tetap mempertahankan tata cara
beribadah mereka. Kelompok ini dikenal dengan sebutan Gereja Katolik Ritus
Timur atau Gereja Katolik Timur.
Gereja
Katolik Roma
Lihat pula:
Gereja Katolik Roma
Secara umum,
sebutan Gereja Katolik merujuk pada Gereja Katolik Roma. Kata Roma diatributkan
pada Gereja ini karena Gereja Katolik mengimani Paus yang berkedudukan di kota
Roma, Italia sebagai kepala gereja yang kelihatan, wakil Yesus Kristus di bumi,
yang merupakan kepala utama gereja yang tak kelihatan. Paus adalah penerus
Petrus turun temurun yang tidak terputuskan. Menurut tradisi gereja, Petrus
menjadi uskup Roma dan menjadi martir di sana. Gereja Katolik dengan penambahan
kata Roma sendiri sebenarnya tidak pernah menjadi nama resmi yang digunakan
oleh Gereja Katolik.
Sakramen
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Sakramen (Katolik)
Gereja
Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus menginstitusikan tujuh sakramen, tidak
lebih dan tidak kurang, baik menurut Kitab Suci maupun Tradisi Suci dan
sejarah Gereja. Adapun sakramen yang diakui oleh Gereja Katolik Roma
sebagai berikut:
Baptis
Pengakuan
dosa
Ekaristi
Penguatan/Krisma
Pernikahan
Pengurapan
orang sakit
Dalam ajaran
Katolik, sakramen adalah berkat penyelamatan khusus yang oleh Yesus Kristus
diwariskan kepada gereja. Santo Agustinus menyebut sakramen sebagai "tanda
kelihatan dari rahmat Allah yang tidak kelihatan".
Katolik di
Indonesia
Penyebaran
agama Katolik sudah dimulai sejak kedatangan Portugis di Indonesia yang
dilakukan oleh beberapa misionaris pada abad ke-16 dan abad ke-17 di bagian
timur seperti di Maluku dan Flores, NTT. Agama katolik baru memasuki tanah Jawa
pada masa pemerintahan Herman Willem Daendels di Batavia awal abad-19 dengan
didirikan gereja pertama di sana pada tahun 1807 dan disertai dengan diakuinya
oleh Vatikan. Pada tahun 2010, 6.907.873 orang (2.9%) dari total penduduk
Indonesia sebanyak 237.641.326 orang, beragama Katolik.
Stevano Nathan H.
7H /33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar